Ego adalah struktur psikis yang berhubungan dengan konsep tentang diri, diatur oleh prinsip realitas dan ditandai oleh kemampuan untuk menoleransi frustasi.[1]
Ego diatur oleh prinsip realitas yang berkaitan dengan apa yang praktis dan mungkin, sebagai dorongan dari id.[1] Ego terikat dalam proses berpikir sekunder -mengingat, merencanakan, dan menimbang situasi yang memungkinkan kompromi antara fantasi dari id dan realitas dunia luar.[1] Ego meletakkan dasar untuk perkembangan yang disadari tentang perasaan diri sebagai individu yang berbeda atau dalam kamus besar bahasa indonesia kosep individu tentang dirinya sendiri. hal yang wajar jika kita memiliki sifat ego atau sering juga disebut egois karana didalam diri kita sudah tertanam dalam diri manusia.
Sebenarnya apakah egoisme itu ?
Edward Bok, editor dan penganjur kemanusiaan yang terkenal, mengatakan bahwa apa yang disebut oleh dunia sebagai ego dan kesombongan sebenarnya adalah “bunga api surgawi” yang ditanamkan dalam diri manusia. Setiap manusia merupakan pribadi yang unik dan trsendiri, dan dorongan yang paling kuat dalam setiap orang adalah untuk menjaga individualitas ini, membela sesuatu yang penting ini terhadap semua musuhnya.
Para ahli psikologi klinis dan eksperimental, setelah meneliti ribuan kasus orang yang sesungguhnya dengan segala macam masalahnya, sampai pada kesimpulan bahwa dahaga akan ego juga bersifat universal danalami seperti kelaparan akan makanan. Dan makanan bagi ego memenuhi tujuan yang sama seperti makanan bagi tubuh. Tubuh memerlukan makanan untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidup. Ego, atau kepribadian setiap individu yang unik, memerlukan penghargaan dan persetujuan serta rasa puas karena telah mencapai sesuatu.
Demikian pula tidak ada manfaatnya mengatakan kepadanya bahwa dia akan bisa mengatasi sifat “memntingkan perutnya sendiri” dan bahwa itu berarti menyesuaikan diri dengan tuntutan alam akan kelestarian. Alam telah menempatkan insting dalam setiap makhluk hidup yang mengatakan “Anda dan kebutuhan dasar Anda didahulukan”. Singkatnya dia harus makan, dan memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri, sebelum dia bisa memberikan perhatian kepada hal-hal lainnya.
Demikian pula halnya dengan orang yang mementingkan diri sendiri. Bagi pribadi yang sehat jasmani dan rohani serta normal, alam menuntut takaran tertentu penerimaan diri dan persetujuan diri. Dan tidak ada manfaatnya mengecam orang yang mementingkan diri sendiri dan menyuruhnya mengalihkan pikiran dari dirinya sendiri. Dia tidak bisa mengalihkan pikiran dari dirinya sebelum dahaganya akan ego belum terpuaskan. Setelah itu, dia pasti akan mengalihkan pikiran dari dirinya sendiri, dan memberikan perhatiannya kepada pekerjaannya, serta kepada orang lain dan kebutuhan mereka.
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1].
Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal atau jalan pikiran yang masuk akal.Logika memerlukan bukti, sedangkan kebenaran tak selalu harus ada pembuktian.
Tuhan menciptakan logika/otak dan hati/nurani untuk hidup berdampingan.
Tuhan menciptakan logika/otak dan hati/nurani untuk hidup berdampingan.
EGO VS LOGIKA berdasarkan pengkajian dia atas antara ego dan logika adalah dua sifat yang di miliki oleh setiap manusia dan semua patut kita syukuri karena hal tersebut adalah pemberian Tuhan yang maha esa.
sebagai manusia wajar jika kita berupaya memperoleh apa yang kita inginkan lumrah pula jika kita berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkanya, karna kita manusia penuh dengan angan, harapan dan impian, bukankah rencana kita begitu indah tetapi rencana tuhan lebih (kata -pepatah).
Segala upaya telah kita lakukan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan bukan berarti kita harus membabi buta melakukan hal-hal yang negatif merugikan orang lain demi kepentingan kita sendiri, alangkah egois dan kejam hal tersebut. ketika kita benar-benar di kuasai sifat ego yang berlebihan bukankah kita masih memiliki logika berpikir secara terbuka, realita kehidupan memang sangat menyedihkan jauh dari apa yang kita bayangkan. jika kita kecewa dan tidak mendapatkan apa yang kita mau padahal kita telah berbuat banyak walau terluka berusahlah untuk mengikhlaskanya dengan begitu orang lain akan menghargai apa yang telah kita lakukan. kembali pada hati nurani berserah diri kepada sang illahi.
Dikutip dari berbagai sumber dan analisis pribadi.*